Menu Melayang

Saturday, October 4, 2025

Tantangan yang Sering Dihadapi Mahasiswa STIEBS NU Garut Selama Internship di Jepang

 

Tantangan yang Sering Dihadapi Mahasiswa STIEBS NU Garut Selama Internship di Jepang

Program internship Jepang merupakan pengalaman berharga yang membuka peluang besar bagi mahasiswa STIEBS NU Garut. Namun, di balik semua manfaat dan kesempatan tersebut, ada berbagai tantangan yang harus dihadapi. Tantangan ini wajar terjadi karena mahasiswa dituntut beradaptasi dengan lingkungan baru, budaya berbeda, serta sistem kerja yang lebih disiplin.

Agar tidak kaget, penting bagi mahasiswa untuk memahami tantangan apa saja yang sering muncul selama internship di Jepang serta cara menghadapinya.


1. Hambatan Bahasa

Bahasa Jepang menjadi tantangan utama. Meski mahasiswa sudah mendapat pelatihan bahasa dasar di STIEBS NU Garut, kenyataannya komunikasi di lapangan bisa jauh lebih sulit. Dialek lokal, kecepatan bicara orang Jepang, serta istilah teknis kerja sering kali membingungkan.

Solusi:

  • Aktif berlatih percakapan sederhana setiap hari.

  • Membawa kamus digital atau aplikasi penerjemah.

  • Tidak malu bertanya dan mengulang bila tidak paham.

  • Menyempatkan waktu belajar bahasa tambahan di luar jam kerja.


2. Perbedaan Budaya Kerja

Budaya kerja Jepang terkenal sangat disiplin, penuh tanggung jawab, dan detail. Mahasiswa mungkin merasa tertekan dengan standar tinggi yang ditetapkan, seperti:

  • Harus datang tepat waktu bahkan beberapa menit lebih awal.

  • Tidak boleh meninggalkan pekerjaan setengah jadi.

  • Budaya kaizen (perbaikan terus-menerus).

  • Hubungan hierarki kerja yang ketat.

Solusi:

  • Membiasakan diri datang lebih awal.

  • Menerima kritik sebagai masukan, bukan sebagai beban.

  • Menjaga sikap sopan santun terhadap atasan dan rekan kerja.

  • Menyesuaikan diri secara bertahap dengan pola kerja.


3. Homesick dan Rindu Keluarga

Tinggal jauh dari rumah selama berbulan-bulan tentu menimbulkan rasa rindu keluarga dan teman. Perasaan kesepian ini bisa mengganggu fokus belajar dan bekerja.

Solusi:

  • Menjaga komunikasi rutin dengan keluarga melalui video call.

  • Menjalin persahabatan dengan sesama peserta internship atau komunitas Indonesia di Jepang.

  • Menyibukkan diri dengan kegiatan positif, seperti olahraga atau eksplorasi budaya lokal.


4. Cuaca dan Iklim yang Berbeda

Indonesia beriklim tropis, sementara Jepang memiliki empat musim dengan perubahan cuaca yang ekstrem. Mahasiswa biasanya mengalami kesulitan beradaptasi dengan musim dingin atau panas yang ekstrem.

Solusi:

  • Membawa pakaian sesuai musim di kota tujuan.

  • Menjaga kesehatan dengan makanan bergizi dan cukup istirahat.

  • Menggunakan obat atau vitamin bila tubuh mudah sakit saat perubahan cuaca.


5. Tekanan Psikologis di Tempat Kerja

Beberapa mahasiswa merasa stres karena tuntutan pekerjaan, perbedaan komunikasi, atau ekspektasi tinggi dari supervisor. Tekanan ini bisa menurunkan motivasi dan kepercayaan diri.

Solusi:

  • Mengelola stres dengan teknik relaksasi atau olahraga ringan.

  • Tidak memendam masalah sendiri, tetapi berbagi dengan teman atau mentor.

  • Mengingat tujuan utama ikut internship sebagai motivasi.


6. Biaya Hidup yang Tinggi

Kota-kota besar di Jepang seperti Tokyo atau Osaka memiliki biaya hidup yang tinggi. Mahasiswa bisa kesulitan mengatur pengeluaran, terutama di awal masa internship.

Solusi:

  • Membuat anggaran bulanan yang ketat.

  • Memasak sendiri bila memungkinkan untuk menghemat biaya makan.

  • Menggunakan transportasi umum dengan kartu langganan.

  • Menghindari gaya hidup konsumtif.


7. Perbedaan Pola Makan

Makanan Jepang memiliki cita rasa berbeda dengan makanan Indonesia. Tidak semua mahasiswa cocok dengan rasa, bumbu, atau jenis makanan tertentu.

Solusi:

  • Mencoba makanan Jepang secara bertahap agar lidah terbiasa.

  • Membawa bumbu instan atau makanan khas Indonesia dari rumah.

  • Bergabung dengan komunitas Indonesia yang biasanya punya akses makanan halal.


8. Adaptasi dengan Teknologi dan Sistem Baru

Jepang sangat maju dalam penggunaan teknologi. Mulai dari mesin otomatis, sistem transportasi canggih, hingga aplikasi khusus perusahaan. Bagi mahasiswa yang belum terbiasa, ini bisa jadi tantangan tersendiri.

Solusi:

  • Belajar langsung dari rekan kerja Jepang.

  • Tidak malu mencoba dan bertanya.

  • Mencatat setiap prosedur baru agar lebih mudah diingat.


9. Perbedaan Etika Sosial

Selain di tempat kerja, etika sosial Jepang juga berbeda dengan Indonesia. Misalnya:

  • Tidak boleh berbicara keras di transportasi umum.

  • Harus antre dengan tertib.

  • Tidak boleh makan sambil berjalan.

Bila tidak memahami aturan ini, mahasiswa bisa dianggap kurang sopan.

Solusi:

  • Belajar aturan sosial Jepang sebelum berangkat.

  • Mengamati perilaku masyarakat lokal.

  • Menjaga sikap rendah hati dalam berinteraksi.


Kesimpulan

Mengikuti internship Jepang memang penuh dengan tantangan, mulai dari hambatan bahasa, perbedaan budaya kerja, hingga tekanan psikologis. Namun, semua tantangan ini sesungguhnya adalah proses pembelajaran berharga yang akan membentuk mahasiswa STIEBS NU Garut menjadi pribadi yang lebih tangguh, mandiri, dan profesional.

Dengan persiapan yang matang, mental yang kuat, serta dukungan kampus dan keluarga, mahasiswa tidak hanya akan mampu melewati tantangan tersebut, tetapi juga menjadikannya pengalaman berharga yang menguatkan karier di masa depan.

Blog Post

Related Post

Back to Top

Cari Artikel

Label

Arsip Blog